Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Pertanian
Wilayah teritori
Negara Indonesia di perkaya dengan hasil bahari dan hasil dari tanah yang subur
gembur, hamparan persawahan, ladang, perkebunan, sangatlah elok terpandang oleh
kedua mata. Tentunya dengan seperti ini tak sedikit para petani bekerja banting
tulang demi pekerjaannya ini untuk ikut serta memakmurkan nilai gizi para
masyarakat Indonesia maupun mancanegara.
Perkembangan Ilmu
Pengetahuan sangatlah membantu para petani, hasilnya bahkan hingga berkalilipat
dari yang sebelumnya, Ilmu Pengetahuan juga membantu dalam mengantisipasi
terjangkitnya hama dalam hubungan keseimbangan ekosistem antara makhluk hidup
dan alam. Misalnya persawahan yang terserang atau terjangkit hama wereng yang
membuat para petani hampir kewalahan. Dengan adanya Ilmu pengetahuan ini para
petani menjadi lebih cekatan dalam mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan
bagaimanakah cara penyelesaiannya. Namun sangat disayangkan tak banyak juga
para petani yang kekurangan asupan Ilmu Pengetahuan sehingga memanfaatkan Ilmu
Pengetahuan secara kurang benar. Akhirnya kuantitas boleh di acungi jempol tapi
kualitasnya yang di pertanyakan.
Seiring dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan, tentu Ilmu Teknologi juga ikut serta ambil
bagian dan berkolaborasi dengan baik. Selama ini yang kita kenal dengan istilah
IPTEK(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Tidak hanya dalam perindustrian dimana suatu
teknologi di gunakan secara transparansi, tetapi juga pada Ilmu pertanian. Adanya
IPTEK dinilai sangat memuaskan bagi para petani karena kehadirannya membuat
para petani untung dari segi waktu saat melakukan suatu pemrosesan struktural.
Contoh penerapan IPTEK yang digunakan para petani adalah ketika berada pada
area persawahan dalam permasalahan membajak sawah, dahulu petani bermodalkan
seluruh tenaganya dengan menggunakan perkakas seperti pacul maupun dengan
bantuan kerbau untuk membajak sawah, tentunya juga memakan banyak waktu, namun
dengan adanya penemuan IPTEK didalamnya, pekerjaan para petani dalam membajak
sawah pun bisa lebih mudah dari yang sebelumnya dengan menggunakan mesin
traktor. Dimisalkan dengan bantuan kerbau kurang lebih dapat membajak sawah
dalam satu hari pada satu hektarare sawah, tapi dengan adanya bantuan dari mesin
traktor kemungkinan untuk membajak sawah dapat terlaksana dalam setengah hari
pada satu hektarare sawah.
Contoh berikutnya
dari IPTEK pertanian ada pada para petani jagung, sebagaimana yang kita ketahui
para petani jagung ini terkadang menjual hasil penen beserta dengan bonggolnya
tapi ada juga yang menjual hasil panen jagung yang sudah di pipil.
Tentunya perbedaan
pendapatan hasil panen yang sudah dipipil bisa sampai 2 kali lipat dari yang
masih ada bonggol. Untuk mengolah hasil panen dengan cara manual dipipil dengan
jari antara 2 sampai 3 orang hasilnya dibawah 100 kg per hari dan membutuhkan
waktu 5 atau sampai 7 jam. Jika menggunakan mesin pemipil jagung hasilnya 40 kg
per jam dengan bantuan tenaga kerja 1 orang dan jika menggunakan mesin pemipil
jagung automatic dalam 1 jam dapat menghasilkan 100 kg.
Namun sangatlah
disayangkan karena tidak banyak para petani yang tidak memiliki mesin traktor
maupun mesin pipil jagung. Keterbatasan pada materi lah yang masih dipertanyakan
para petani untuk membeli seperangkat mesin tersebut, dan juga Ilmu yang kurang
diketahui para petani dalam mengolah semuanya, dan berunjuk pada kebiasaan masa
lampau.Tapi apa salahnya jika kita mencoba tuk menjadi lebih baik. Namun
seiring berjalannya waktu, era IPTEK dalam pertanian kan semakin berkembang
dengan seksama.